(Bojonegoro, 10/10)-Diterjang kemajuan global pun tak hempas. Mungkin itu yang bisa kita jelaskan tentang adat kebudayaan Bojonegoro. Apalagi bila semua masyarakatnya lestarikan kearifan lokal dengan penuh renjana dan asa. Tapi seperti pepatah terkenal berkata, "Tak kenal maka tak sayang" maka kita semua diajak tuk lebih mengenal permata kebudayaan Bojonegoro yang ada namun kadang kurang nampak di mata awam. Salah satunya teater sandhur khas Bojonegoro.
Sebelum merujuk lebih dalam, mari kita selami dulu pengertian dari sandhur itu sendiri. Arti kata sandhur memiliki beberapa versi. Versi pertama berasal dari bahasa Belanda yakni soon dhor, yang berarti mainan anak – anak. Lalu, juga ada versi dari bahasa Jawa yaitu sawengi ndhur, yang berarti semalam suntuk.
Merujuk dari arti kata sandhur versi pertama, sandhur awalnya merupakan permainan anak muda yang dimainkan dengan tujuan bersenang – senang dan menghibur khalayak, lalu orang – orang Belanda waktu itu melihatnya dan menyebutnya Soon Dhor. Sejak itu, sandhur pun lebih populer di berbagai kalangan, terutama orang-orang Belanda. Sedangkan dari versi kedua, sandhur merupakan acara hiburan yang biasa ditampilkan untuk merayakan hari panen dengan melakukan pementasan wayang orang semalam suntuk. Kala itu, Indonesia belum dijajah oleh Belanda dan sistem kerajaan masih utuh.
Sandhur tidak hanya ada di Bojonegoro. Namun juga ada di daerah Lamongan, Tuban, Blora, Jombang, Situbondo, Bondowoso, dan Madura. Sandhur di daerah Bojonegoro dan kawasan sekitarnya memiliki banyak kemiripan. Meski masih ada aspek-aspek kecil yang membedakannya. Namun sebaliknya dengan sandhur di daerah pandalungan dan Madura, disana sandhur memiliki pakem dan konsep yang berbeda dengan yang ada di daerah bojonegoro dan sekitarnya. Namun dewasa ini, hanya di bojonegoro dan Madura sandhur masih ditemukan aktif. Kita pun harusnya bangga dengan masih terjaganya sandhur di daerah kita.
Keberadaan sandhur di bojonegoro secara sempat hampir punah, dikarenakan pada tahun 60an sandhur yang merupakan kesenian rakyat berada dibawah naungan organisasi lekra, yang mana merupakan organisasi yang dipimpin oleh pihak komunis pada bidang kesenian. Kala itu terjadinya tragedy G30S membuat sandhur dikait kaitkan dengan komunis dan akhirnya sandhur sedikit demi sedikit mulai ditinggakan dan menjadi hampir punah. Namun pada tahun 2000an akhirnya sandhur kembali hidup di Bojonegoro, dan kini sandhur telah menjamur di Bojonegoro, bahkan hampir tiap sma di Bojonegoro memiliki komunitas sandhur sendiri-sendiri dan sering diadakannya juga festifal dan pementasan sandhur oleh para pegiat seni di Bojonegoro.
Cerita dari sandhur sendiri berisi suatu perjalanan hidup salah satu tokohnya yakni, pethak mulai dari dia berangkat merantau sampai bekerja pada wak tangsil dan sampai pethak hidup bahagia. Dahulu kisahnya diceritakan semalam suntuk mulai dari pethak berangkat merantau sampai pethak hidup bahagia. Namun dewasa ini cerita sandhur sudah banyak dimodifikasi agar bisa diterima khalayak umum dan tidak membosankan, cerita-cerita yang diangkat pun bisa dari masalah masalah masa kini.
Penokohan dalam lakon sandhur ini terdapat 5 tokoh utama. Yang merupakan tokoh pakem yang tidak boleh dihilangkan di dalam setiap lakon. Tetapi boleh juga ditambah beberapa tokoh pendukung. Tokoh-tokoh tersebut adalah sebagai berikut :
- Balong, berasal dari bahasa Jawa balung yang berarti tulang. Balung melambangkan sesuatu yang liar seperti tulang dari daging yang telah dimakan binatang buas. Tokoh ini merupakan tokoh yang identik dengan kejahatan, atau kesyirikin, atau sifat yang nakal. Namun tidak menutup kemungkinan menjadi tokoh protagonis dengan perangai yang agak kasar.
- Pethak, berasal dari bahasa Jawa pethak yang berarti putih. Tokoh ini merupakan perwujudan seorang manusa yang suci dan bersih, tapi tidak bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk, seorang yang masih plos dan berpendirian kuat, jalan hidupnya selalu lurus.
- Cawik, berasal dari bahasa Jawa cawik, yang berarti membersihkan sesuatu yang kotor. Tokoh yang suci bersih dan bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk. Dan tidak mau melakukan yang buruk.
- Wak Tangsil, berasal dari bahasa Belanda. Merupakan sosok pria paruh baya, seorang dengan kedudukan dan pendidikan yang tinggi, seorang yang kaya raya. Namun meskipun begitu memiliki perangai yang buruk, yakni sifatnya yang kasar, sombong, egois, dan seenaknya sendiri. Sosok yang sudah bisa membedakan mana yang benar mana yang buruk tetapi justru melakukan hal buruk dikarenakan tidak bisa mengendalikan nafsu.
- Germo, dalam lakon sandhur selalu menjadi orang tua angkat dari cawik. Seorang yang arif dan bijaksana, merupakan sosok pemimpin dalam setiap pementasan sandhur. Seringkali terjadi perselisihan antara Germo dengan Wak Tangsil.
- Jaranan, biasanya terdiri dari empat orang pria memainkan tarian jaranan, namun dewasa ini telah divariasi dengan menggunakan penari perempuan. Dahulu kala sebelum pementasan para penari jaranan diberi jampi – jampi agar mengalami kerasukan sehingga bisa menghayati tariannya. Jaranan ini berfungsi sebagai pementasan pembuka untuk menarik perhatian penonton agar berdatangan untuk menonton pementasan sandhur.
- Kalongking, merupakan sebuah atraksi atau acrobat yang dilakukan seoang pria pilihan. Bentuknya pementasannya adalah seorang pria memanjat sebuah batang bamboo setinggi 10 meter kemudian berakrobat di sebuah tali tambang yang diikat pada dua buah bamboo setinggi 10 meter. Pria tersebut akan melakukan berbagai kegiatan di tambang tersebut, mulai dari makan, tidur, menari secara vertical dengan bergelantungan kebawah, dan berputar2 di tali tersebut. Kemudian pria itu akan turun melalui bamboo di seberang dengan kepala dibawah. Dahulu pemain kalongking sebelum pementasan juga diberi jampi – jampi sehingga mengalami kesurupan agar supaya punya keberanian dan diberi keselamatan. Pementasan ini merupakan pementasan penutup setelah selesainya lakon sandhur yang dibawakan anak wayang.
- Panjak, panjak merupakan sekumpulan pemain musik dan penyanyi dari tetembangan sandhur. Untuk pemusik sendiri terdiri dari berbagai macam peanjak/pemain alat musk. Tetapi yang secara pakem harus ada adalah panjak gong dan panjak kendang. Sedangkan panjak lainnya berjumlah banyak merupakan penyanyi dan bertugas memeriahkan suasana pementasan.
- Pementasan Sandhur sendiri tidak boleh digelar pada Jumat Legi atau malam Sabtu Pahing. Karena dipercaya jika ada pementasan sandhur digelar pada hari itu akan menimbulkan mala petaka.
- Tetembangan sandhur. Pada awal pementasan selalu dinyanyikan beberapa tetembangan untuk berdoa kepada sang kuasa agar diberi kelancaran dalam pementasan.
Sampai saat ini, ekstrakulikuler SMA Negeri 1 Bojonegoro merangkul siswa-siswi untuk mempelajari dan melestarikan kebudayaan sandhur Bojonegoro. Ekstrakulikuler ini dinamakan Lorong putih, yang seringkali kita lihat begitu antusias mengikuti berbagai pertunjukan sandhur di wilayah Bojonegoro maupun di luar Bojonegoro. Naskah yang mereka angkat seringkali membahas polemik sehari-hari tanpa meninggalkan unsur tradisi dan budayanya.
Hasil dari kerja keras Lorong Putih seringkali berbuah manis. Terbukti dari keaktivan mereka dalam mengikuti berbagai lomba dan bulan Oktober ini ikut memeriahkan peringatan HUT Propinsi Jawa Timur di Surabaya, 22 anak ikut berpartisipasi membawakan pentas seni Sandhur dengan judul Keris Jangkung Luk Teluk Blong Pok Genjo.
Hasil dari kerja keras Lorong Putih seringkali berbuah manis. Terbukti dari keaktivan mereka dalam mengikuti berbagai lomba dan bulan Oktober ini ikut memeriahkan peringatan HUT Propinsi Jawa Timur di Surabaya, 22 anak ikut berpartisipasi membawakan pentas seni Sandhur dengan judul Keris Jangkung Luk Teluk Blong Pok Genjo.
Lantunan tembang iring-iringan dan riuhnya senggak-senggok jadi pengantar malam itu, memberi penonton atmosfer baru sambil menampilkan aura sandhur yang menakjubkan. Sambil menikmati perrtunjukan sandhur kala itu, suatu kearifan dan permata Bojonegoro mulai muncul tunjukkan pesonanya. (Nataniawt)
Dlunya cuma sekedar liat sandur asal"an tanpa mengenal asal usul,sma unsur" yang terdapar dalam sandur, tpi setelah membaca artikel ini,jadi lebih tahu banyak tentang sandur.
ReplyDeleteMenurutku artikel yang satu ini sangat menarik karna dengan mengetahui banyak tentang sandur, sebagai warga bojonegoro kita lebih mau melestarikan budaya kita.
makasih. iya saya kira sudah lengkap karena sumber nya dari anak teater sendiri yang paham betul tentang sandhur :)
Delete