(Bojonegoro,
12/10)-Edukasi menjadi unsur terpenting dalam pembangunan bangsa, di mana apa
yang di tanamkan pada otak pemuda pemudi indonesia mempengaruhi kepemimpinan
dan berlangsungnya bangsa ini. Kelak, segala kemajuan dan adanya negeri ini sepenuhnya
berada di dalam genggaman tangan para remaja masa kini. Oleh karena itu, tentu
dibutuhkan penanaman karakter yang kuat di samping nilai akademis.
Dalam
penanaman kedua hal penting tersebut ke dalam otak penerus bangsa, negara dan
beberapa pihak sudah memfasilitasi suatu lembaga resmi yang secara awam sering
kita sebut sekolah. Dengan bersekolah, pendidikan akademis dan karakter bisa secara
langsung didapatkan dari teman dan
gurunya dalam konteks interaksi. Sehingga, mau tak mau, karakter anak tersebut
akan mengalami kecenderungan sesuai dengan lingkungannya.
Seiring
derasnya tantangan edukasi di kancah global, sekolah selalu berusaha memberikan
yang terbaik, memberi manfaat, dan menanamkan apa yang dari awal sudah menjadi
visi misi wajib.
1.
Menigkatkan
kemampuan akademis anak
Di sekolah, seluruh bagian otak kita
diarahkan agar digunakan ke hal yang baik, mulai dari menghafal, menganalisa,
memecahkan masalha, logika, dan lainnya.
2.
Melatih
fisik dan karakter
Banyak hal yang dilakukan sekolah, demi tertanamnya
karakter dan fisik baik pada siswanya. Seperti contoh:
·
Dengan mengharuskan siswa datang ke
sekolah sesuai waktunya, secara perlahan siswa juga diajarkan menjadi pribadi
yang lebih tanggung jawab dan disiplin.
·
Adanya kegiatan-kegiatan non-akademis yang
diarahkan oleh sekolah tentu juga bertujuan baik untuk anak didiknya, seperti
LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan), Ekstrakulikuler, ataupun lomba-lomba yang diadakan di dalam sekolah
atau di luar sekolah. Hal hal tersebut bisa menyalurkan energi atau bakat siswa
dalam hal yang positif. Daya kreativitas
siswa pun bisa meningkat seiring dengan latihan dan sarana yang diikuti.
·
Seringkali kita menemukan “kerja kelompok”
dalam suatu pembelajaran. Hal tersebut berguna untuk meningkatkan tingkat
interaksi anak, bagaimana bisa berkomunikasi yang baik dengan teman-temannya,
sekaligus menyelesaikan masalah yang diberikan. Dalam kerja kelompok ini, kita
diajarkan menjadi pribadi yang tidak
egois, bisa bekerja sama, dan menghargai orang lain.
·
Diadakannya ujian, selain untuk mengetahui
sampai mana tingkat pembelajaran kita, juga memberikan suatu pilihan pada
peserta, di mana peserta bisa bebas memilih untuk jujur atau tidak,
mengerjakannya dengan kemampuan sendiri atau dengan cara yang kurang benar lainnya.
·
Piket dan lomba-lomba kebersihan mengajak
siswa untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan menumbuhkan jiwa sosial.
·
Banyak terpasangnya slogan-slogan atau
poster di sekolah meningkatkan daya kreativitas siswa, dan bersifat mengajak
siswa lainnya untuk mengikuti hal-hal baik yang tertulis pada slogan tersebut.
Misalnya, slogan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun).
3.
Sebagai
identitas diri
Identitas sekolah yang
melekat pada siswa mengacu siswa untuk menjaga nama baik sekolah. Dalam tujuan
mennjaga nama baik, siswa pun berusaha lebih berprestasi, tidak berbuat hal
yang melanggar peraturan atau norma di khalayak umum, dll.
Adapun
identitas yang didapat siswa setelah tamat sekolah. Siswa yang lulus dari suatu
institusi pendidikan akan mendapatkan suatu seritifikat resmi atau yang sering
kita sebut dengan ijazah. Ijazah tersebutlah yang juga berperan penting dalam
meraih cita-cita yang selama ini kita impikan. Ijazah itu juga sebagai bukti
bahwa kita adalah pribadi yang terpelajar.
Dengan
manfaat-manfaat sekolah yang telah di sebutkan di atas, kita tahu salah satu
amanat dari pendiri negeri ini seperti yang tertuang dalam UUD 1945 bahwa
pemerintah memiliki tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudah tak bisa
dipungkiri, kita tidak bisa sekedar menutup mata dan melestarikan budaya sikap
apatis mengetahui banyak anak-anak Bojonegoro yang terpaksa tidak bisa menempuh
pendidikan. Kepalas Dinas Pendidikan Bojonegoro, Khusnul Khuluq menyampaikan
bahwa menurut klarifikasi data anak-anak usia 7-18 tahun yang tidak mengeyam
bangku sekolah mencapai 667 anak untuk tingkat sekolah dasar (SD), 1.103 untuk
tingkat sekolah menengah pertama (SMP), dan 2.221 untuk jenjang sekolah
menengah atas (SMA).
Melihat realita inilah, pemerintah Kabupaten Bojonegoro
membuat gebrakan baru untuk menyelesaikan masalah di atas yang disebut “Gerakan
Ayo Sekolah”. Meskipun telah beberapa tahun pemerintah memberikan bantuan
melalui dana BOS, buktinya bantuan itupun belum bisa melancarkan program wajib
belajar 9 tahun. Sedangkan gerakan ayo sekolah ini merupakan langkah riil yang
ditempuh pemerintah kabupaten Bojonegoro dengan memberikan dana kepada
anak-anak usia sekolah, terutama usia 7-18 tahun. Dana alokasi kuhsus (DAK)
pendidikan di alokasikan untuk anak-anak SMA sederajat sebesar 500 ribu rupiah
dan di tahun 2016 mendatang akan ditingkatkan menjadi 2 juta rupiah.
Bupati Bojonegoro, Drs. H. Suyoto, pada acara launching
“Gerakan Ayo Sekolah” di Pendopo Kecamatan Dander (15/6) memerintahkan kepada
para kepala desa untuk memberikan bantuan berupaa seragam, sepatu, dan
peralatan sekolah bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Pemerintah desa
pun berkewajiban untuk turut serta membantu anak-anak kembali bersekolah dan
meningkatkan relevasi kualitas pendidikan baik berupa out put dan out came.
Dari
sekian banyak manfaat sekolah yang kita ketahui dan usaha pemerinah dalam
mencerdaskan masyarakat Bojonegoro, masihkah kita harus menyepelekan sekolah?
Terlalu banyak kegunaan sekolah yang sayang apabila dibuang. Apalagi, masa-masa
sekolah yang indah ini tak layak kita coreng dengan tinta merah . Menghabiskan waktu bersama teman-teman sambil meraih mimpi
merupakan hal yang patut kita syukuri, selagi kita masih bisa bersekolah dan
mendapat kesempatan. Tunggu apalagi? Ayo sekolah! Raih cita-citamu setinggi
langit, dan tinggalkan jejak teladan untuk generasi selanjutnya! (Nataniawt)